Sejarah agama Khonghucu sudah dimulai sejak Raja Yao, saat itu dikenal dengan nama Ru Jiao (儒 教), agama bagi orang yang terpelajar. Sebelum Raia Yao sudah ada beberapa Raja Suci, tetapi namanya tidak tertulis dalam kitab Dokumen Sejarah Shu Jing ( 书 经 ).
Raja Yao ( 尧 ) berkuasa tahun 2356-2255 SM. Penggantinya:
Raja Shun ( 舜 )berkuasa tahun 2255-2205 SM. Penggantinya:
Raja Yu berkuasa Tahun 2205-2197 SM. Raja Yu ( 寓 ), ia membangun dinasti pertama di Tiongkok, yaitu:
Dinasti Xia ( 夏 ) 2205- 1766 SM. Dinasti ini diganti:
Dinasti Shang ( 商 ) 1766-1123 SM. Dinasti ini diganti:
Dinasti Zhou ( 周 )1122- 256 SM. Dinasti ini diganti:
Dinasti Qin ( 秦 ) 255-207 SM, Kekaisaran ini diganti:
Dinasti Han ( 汉 ) 206 SM-220 M
A. Riwayat Hidup Nabi Kongzi
1. Nenek moyang Nabi Kongzi ( Nama-nama di bawah ini ditulis dalam lafal Hokkian).
- Baginda Ui Tee ( 2698 SM-2598 SM ), seorang raja purba yang besar jasanya dalam pembinaan peradaban dan kebudayaan.
- Siat, seorang Menteri Pendidikan pada zaman Raja Giau dan Sun (2357 – 2255 SM, 2255 SM – 2205 SM ).
- Baginda Sing Thong pendiri Dinasti Siang.
- Bi-cu Khee, kakak tertua raja terakhir Dinasti Siang.Setelah Dinasti Siang hancur Bi-cu Khee diangkat menjadi raja-muda yang pertama di Negeri Song.Karena tidak mempunyai anak, adiknya yang bernama Bi Tiong diangkat sebagai penerusnya. Bi Tiong inilah yang menurunkan rajamuda-rajamuda Negeri Song.
- Khong Hu Ke, seorang bangsawan Negeri Song keturunan Bi Tiong yang menggunakann pertama kali nama keluarga KHONG, sedang nenek moyangnya menggunakan nama keluarga Cu.
- Khong Hong Siok, seorang bangsawan keturunan Khong Hu Ke yang pindah ke Negeru Lo, karena kekalutan politik di Negeri Song.
- Khong Hong Siok mempunyai anak Khong Pik He, Kong Pik He mempunyai anak Khong Siok Liang Hut, dan Siok Liang Hut inilah ayah Nabi Kongzi.
2. Keluarga Nabi Kongzi
Ayah : Siok Liang Hut, ibu : Gian Tien Cai.
Nabi Kaongcu adalah anak bungsu, beliau mempunyai 9 kakak perempuan dan seorang kakak laki-laki bernama Bing Phi. Nama kecil Nabi Kongzi ialah Khiu (artinya bukit). Beliau mempunyai nama alias Tiong Ni, artinya anak kedua dari Bukit Ni. Waktu Nabi Kongzi berusia 3 tahun ayah beliau wafat. Beliau dibesarkan dan diasuh oleh Ibu-Nya terpisah dengan kakak-kakak-Nya.
Pada usia 15 tahun beliau sudah mempunyai semangat belajar yang luar biasa. Tetapi keadaan keluarga tidak memungkinkan beliau menuntut ilmu di bangku pendidikan dan terpaksa bekerja.
Pada usia 19 tahun beliau menikah dengan puteri keluarga Kian Kwan dari Negeri Song. Dari pernikahan ini mendapatkan seorang putera, bernama Li alias Pik Gi, dan dua orang anak perempuan.
Pada usia 24 tahun ibu beliau wafat. Beliau berkabung selama tiga tahun. Jenazah kedua orang tua Beliau di makamkan di Gunung Hong.
Setelah selesai masa berkabung beliau menerima murid.
Pada usia 29 tahun Beliau belajar musik kepada Su Siang, seorang guru musik yang termasyur.
Pada usia 30 tahun, dengan bantuan 2 orang murid-Nya bernama Lam-Kiong King Siok dan Bing I Cu, beliau pergi ke negeri Zhou mempelajari kesusilan dan Peradaban Dinasti Zhou. Di sana beliau bertemu dengan penjaga perpustakaan kerajaan, bernama Loo Tan atau Loo Cu atau Lao zi, dan guru besar musik bernama Tiang Hong.
Pada usia 35 tahun Beliau ke negeri Cee atau Qi karena di negeri Lo atau Lu terjadi kekalutan, dan rajanya Pangeran Ciau lari ke negeri Cee. Waktu itu negeri Cee dipeintah oleh raja muda King dengan Perdana Menterinya Yan Ing atau Yan Ping Tiong yang terkenal pandai di negeri Cee. Setahun kemudian Nabi Kongzi kembali ke negeri Lo dan mendidik murid-murid-Nya.
Antara usia 51 – 55 tahun Beliau aktif di pemerintahan dan menjabat Menteri Kehakiman merangkap Perdana Menteri di negeri Lo.
Pada usia 56 tahun Beliau meninggalkan Negeri Lo dan mulai pengembaraannya ke berbagai negeri sebagai Bok Tok Tuhan (Genta Rokhani) menebarkan ajaran Beliau selama tiga belas tahun.
Pada tahun 483 SM putera Beliau, Khong Li, meninggal dunia.
Pada tahun 482 SM, Gan Hwee, murid termaju dan diharapkan sebagai penerus beliau, meninggal dunia.
Pada tahun 481 SM. Salah seorang pegawai Kwi Kongcu membunuh Sang Kilin. Periatiwa ini terjadi dalam acara berburu raja muda Lo Ai Kong.
Pada akhir tahun 480 SM, Cu Lo atau Tiong Yu, murid beliau yang gagah berani gugur di Negeri Wee karena di sana terjadi pemberontakan.
Pada tanggal delapan belas bulan dua penangalan Imlik. Dihitung dengan penanggalan Masehi tahun 479 SM, Nabi Kongzi wafat.
Rajamuda-rajamuda yang memerintah Negeri Lo selama beliau hidup ialah : 1. Lo Siang Kong, 2. Lo Ciau Kong, 3. Lo Ting Kong, dan 4. Lo Ay Kong.
Murid Nabi Kongzi seluruhnya berjimla 3000 orang. Murid yang menguasai ajaran Beliau berjumlah 72 orang. Murid angkatan tua yang terkenal ialah: Cu Lo, Cu Khong, Gan Hwee, Jiam Kiu; dan dari angkatan muda yang terkenal ialah: Cing Cu, Cu He, Cu Tiang.
Uraian tentang sejarah singkat agama Khonghucu dan riwayat Nabi Kongzi ini dapat membantu pembaca untuk memahami posisi agama Khonghucu dalam sejarah Tiongkok.
B. Peristiwa Peristiwa Penting Agama Khonghucu
Pada zaman Nabi Kongzi, di Tiongkok terjadi perpecahan yang menjadikan negeri Tiongkok kacau balau. Para kepala daerah ingin menjadi raja, mereka saling berperang berebut wilayah. Zaman itu disebut zaman Chun Qiu ( 春 秋 ) atau Musim Semi dan Musim Gugur, nama ini diambil dari judul buku yang ditulis oleh Nabi Kongzi.
Nabi Kongzi mendirikan sekolah yang menampung murid sebanyak 3000 orang. Setelah para murid itu pandai banyak yang mendirikan sekolah meneruskan ajaran Nabi Kongzi. Namun, ada juga murid yang mendirikan sekolah dengan aliran lain. Pada waktu itu muncul aliran yang bermacam-macam di Tiongkok. Bahkan, ada aliran yang bertentangan dengan ajaran Nabi Kongzi, antara lain aliran Mohist atau Mo Jia ( 墨 家 ) yang didirikan oleh Mo Zi.
Dua tokoh besar yang meneruskan ajaran Rujiao yaitu Meng Zi ( 孟 子 ) atau Mencius (371-289 SM) dan Xun Zi (荀 子 ) atau Hsun Tse (326-233 SM). Kedua tokoh ini memang mengajarkan ajaran Rujiao dari Nabi Kongzi. Namun, mereka mempunyai perbedaan pendapat dalam beberapa hal karena mereka hidup dalam situasi negara Tiongkok yang berbeda. Meng Zi hidup pada saat awal kekacauan muncul, sedangkan Xun Zi lahir pada saat kekacauan itu sudah memuncak. Usia mereka berbeda empat puluh tahun, wajar apabila ada perbedaan antara generasi tua dan generasi muda.
Meng Zi mengajarkan agama Khonghucu, dia menegaskan bahwa manusia akan hidup bahagia apabila negara makmur dan sejahtera, untuk itu menusia harus melaksanakan Perintah Tuhan atau Tian Ming ( 天 命 ), yaitu menjalani hidup lurus, jujur, dan tidak serakah. Kekacauan terjadi dalam masyarakat karena banyak orang tidak menjalankan hidup sesuai Perintah Tuhan. Ajaran Meng Zi lebih mengarah kepada ajaran agama, kekuatan iman sangat diperhatikan. Meng Zi menyakini bahwa watak dasar manusia itu baik, apabila kondisi sosial ekonomi sudah baik semua orang cenderung menjadi baik.
Xun Zi mengajarkan filsafat, dia menegaskan bahwa manusia bisa hidup bahagia apabila negaranya kuat dan kaya. Untuk mewujudkan negara yang kuat dan kaya perlu dibuat undang-undang yang berlandaskan cinta kasih dan keadilan, dan ditentukan sistem kemasyarakatan yang jelas. Rakyat perlu dididik untuk hidup sesuai dengan sistem kemasyarakatan yang ada. Ajaran Xun Zi lebih mengarah kepada ajaran Filsafat. Xun Zi tidak yakin bahwa watak dasar manusia itu baik, maka dia menyarankan adanya penegakan hukum yang serius agar rakyat hidup lurus dan benar. Sifat cinta kasih, rasa keadilan, jujur itu dimiliki manusia karena hasil pendidikan, bukan pemberian Tuhan, Kecerdasan, naluri, nafsu, dan emosi itu pemberian Tuhan.
Ajaran kedua tokoh ini telah memperkuat posisi ajaran Rujiao sebagai agama, pandangan hidup, dan sistem filsafat bagi masyarakat Tionghua. Sejak awal dinasti Han, ajaran Rujiao juga diserap oleh bangsa Jepang, bangsa Korea, dan bangsa Vietnam sampai dengan sekarang. Bangsa-bangsa tersebut menyerap ajaran Rujiao menurut keperluan mereka. Untuk keperluan pemerintahan, bangsa Jepang mengambil ajaran Xun Zi, untuk keperluan rakyat banyak digunakan ajaran Meng Zi. Di Korea, ajaran Meng Zi lebih banyak diambil dari pada ajaran Xun Zi. Di Vietnam, ajaran Xun Zi lebih banyak dimanfaatkan dari pada ajaran Meng Zi. Di Tiongkok sekarang, untuk pemerintahan lebih banyak diambil ajaran Xun Zi, namun rakyat lebih banyak mengenal ajaran Meng Zi.
Sejak zaman dinasti Han (207 SM) sampai berdirinya Republik Tiongkok (1911), agama Kongzi atau Ru Jiao ditetapkan sebagai agama negara. Semua pejabat negara harus lulus ujian negara dengan materi ujian ajaran Ru Jiao, yang bersumber Kitab Klasik Khonghucu atau Wu Jing ( 五 经 ), sejak abad XII ditambah dengan Si Shu ( 四 书 ).
Pada tahun 97 M, diadakan seminar di Gua Macan Putih (nama sebuah gedung di Istana), untuk menetapkan ajaran Nabi Kongzi yang asli dan dipisahkan dari ajaran Khonghucu yang palsu. Pemisahahan ini mempunyai dampak positip, tetapi juga mempunyai dampak negatif. Dampak positifnya ajaran Nabi Kongzi yang murni sudah ditetapkan. Dampak negatifnya, banyak buku tulisan pemikir Ru Jiao ikut tersingkirkan, atau tidak diakui sebagai ajaran Rujiao.
Sejak zaman dinasti Han (207 SM) agama Konghucu adalah untuk semua rakyat Tiongkok atau bangsa Tionghua. Ajaran agama Khonghuci itu diajarkan di sekolah-sekolah sebagai mata pelajaran wajib, dan para orang tua juga wajib mengajarkan agama Khonghucu kepada anak-anakna. Lembaga agama Khonghucu pada waktu itu adalah negara itu sendiri. Pemimpin agama Khonghucu tertinggi adalah Kaisar. Kaisar dianggap sebagai anak Tuhan atau Tian Zi ( 天 子 ). Setiap ada Kaisar naik tahta diwajibkan membuat rumah ibadah Khonghucu, disebut Bio atau Miao ( 庙 ) sebanyak tujuh buah. Setiap gubernur baru wajib membuat lima buah Miao, dan residen baru wajib membuat tiga buah Miao. Di Indonesia Miao disebut kelenteng.
Agama Khonghucu pada waktu itu juga mempunyai lembaga khusus yang mempelajari agama, tetapi tidak banyak jumlahnya. Para muridnya setelah lulus juga mengikuti ujian menjadi pejabat negara. Kedudukan agama Khonghucu yang sangat istimewa di Tiongkok saat itu telah menjadikan tokoh agama Khonghucu lupa membina umatnya secara intensif. Mereka kurang menekankan pada ajaran spiritual, tetapi lebih menekankan pada pengabdian masyarakat.
Perhatian para Kaisar Tiongkok terhadap kehidupan agama Khonghucu juga semakin menurun. Ajaran agama Khonghucu sudah dianggap agama negara, semua masalah yang terjadi dianggap biasa atau hal yang rutin, dan tidak mendapat perhatian serius. Ajaran agama Khonghucu sudah menjadi rutinitas dan orang tidak lagi mempelajari dengan cermat. Akibatnya terjadi kemunduran kualitas hidup rakyat Tiongkok. Agama lain yang berkembang di Tiongkok tidak dapat mengantikan kedudukan agama Khonghucu yang didampngi oleh Filsafat Xun Zi itu.
C. Kitab Suci Agama Khonghucu
Sumber ajaran agama khonghucu dimulai dari ajaran raja suci yao. Nabi kongzi adalah nabi penerus yang melengkapi ajaran agama khonghucu. Meng zi sebagai penulis sumber ajaran agama khonghucu yang terakhir.
Agama Khonghucu, tepatnya disebut Ru Jiao, sudah ada 2000 tahun sebelum Nabi Kongzi lahir. Sumber ajaran agama Khonghucu yang tertulis dimulai pada zaman itu. Oleh Nabi Kongzi disusun Kitab Suci yang terdiri atas Enam Kitab, dan disebut Kitab Klasik. Adapun Enam Kitab atau Liu Jing ( 六 经 ) tersebut, sebagai berikut:
1. Penjelasan Ringkas Kitab Klasik
Kitab Klasik yang ditulis Nabi Kongzi dengan dibantu murid-murid-Nya semula berjumlah enam. Xun Zi memakai Enam Kitab Klasik sebagai sumber ajaran Khonghucu. Dia menyarankan supaya Enam kitab Klasik ini sampai kapan pun harus dipelajarai oleh seluruh rakyat Tiongkok sebagai pedoman menjalankan roda kehidupan. Dia menekankan, apabila Enam Kitab Klasik ini tidak dipelajari lagi akan terjadi bencana perpecahan dan kekacauan di Tiongkok.
Sayangnya, murid Xun Zi sendiri yang bernama Han Fei Zi tidak menganjurkan orang membaca Kitab Klasik. Han Fei Zi beraliran Legalisme yang mengajarkan bahwa hukum itu tidak ada hubungannya dengan moralitas. Aliran Legalisme ini sekarang masih dianut negara-negara di luar Tiongkok. Legalisme ini diterapkan oleh Qin Shi Huang Di saat berkuasa, maka tidak heran apabila pada saat itu Kitab Klasik Khonghucu di larang dan dibakar. Namun, Han Fei Zi tidak pernah menyarankan membakar Kitab Klasik, kemungkinan Qin Shi Huang Di ketakutan akan kehebatan Kitab Klasik itu. Dia takut apabila musuhnya mempelajari Kitab Klasik dapat mengalahkannya, dan dia menyimpan sendiri Kitab Klasik itu di istananya. Namun, istananya dibakar musuhnya, semua kitab Klasik yang disimpannya juga ikut terbakar.
Pada zaman Xun Zi Kitab Klasik itu masih berjumlah enam kitab, yaitu Kitab Yi Jing (Kitab Perubahan), Shi Jing (Kitab Sejarah), Li Ji (Kitab Kesusilaan), Chun Chiu Jing (Kitab Musim Semi dan Musim Gugur), Shi Jing (Kitab Sanjak), Yue Ji (Kitab Musik). Namun pada saat Qin Shi Huang Di berkuasa semua kitab tersebut dilarang dan dibakar, kecuali Kitab Yi Jing. Setelah dinasti Qin tumbang (206 SM), kitab Klasik tersebut dituliskan kembali oleh para ahli yang masih hafal, tetapi Kitab Musik tidak ada yang dapat menuliskan kembali, hingga sekarang tidak ada lagi. Kitab Klasik sekarang hanya ada lima.
Untuk memberikan gambaran tentang isi kkitab Klasik tersebut dibawah ini saya memberikan uraian singkat sebagai berikut :
1) Kitab Yi Jing ( 易 经 ) atau Kitab Perubahan.
Kitab ini tidak menjadi sasaran kemarahan kaisar Qin Shi Huang Di karena dipandang sebagai buku mistik. Kitab tersebut berisi simbol berwujud hexagram yang jumlahnya 64. Simbol hexagram itu menjelaskan terjadinya perubahan alam dan nasib manusia. Hexagram itu sebenarnya bentuk logika silogisme berantai dengan enam premis, dan konklusinya adalah komentar yang diuraikan oleh Nabi Kongzi. Yi Jing ini sudah ada ribuan tahun sebelum Nabi Kongzi lahir, oleh Nabi Kongzi kitab tersebut dipelajari, disusun, dan diberi penjelasan agar para muridnya mempunyai pedoman berpikir.
Isi kitab Yi Jing itu di kemudian hari juga dipelajari oleh para ahli matematika Tiongkok untuk mengembangkan ilmu matematika. Kitab Yi Jing ini menjadi sangat populer setelah dikembangkan oleh Dong Zhong Shu dan Yang Xiong sebagai dasar kosmologi Khonghucu. Uraiaan kosmologi itu dilanjutkan menjadi ilmu meramal dan ilmu Feng Shui oleh masyarakat Tionghua.
Isi kitab Yi Jing ini memberi pentunjuk atau nasihat yang sangat berguna bagi orang yang akan memperbaiki nasib. Petunjuk tersebut apabila dilaksanakan dengan hati tulus dan bertindak benar akan bermanfaat. Sebaliknya, bagi orang yang memahaminya sebagai ajaran tahayul untuk manipulasi nasib akan kecewa. Menurut kitab Yi Jing, nasib manusia akan berubah menjadi baik apabila jalan hidupnya tidak berlawanan dengan Tian Dao atau Jalan Suci Tuhan, juga tidak berlawanan dengan hukum alam atau Di Dao, dan tidak berlawanan dengan Jalan Suci kemanusiaan atau Di Dao.
(2). Shu Jing ( 书 经 ) atau Kitab Dokumen Sejarah.
Kitab ini berisi 30 maklumat para Raja zaman purba, mulai Raja Yao (2356 – 2255 S M) sampai dengan Maklumat Pangeran Negeri Qin (Qin Mu Gong, 569 – 620 SM). Isi maklumat itu bermacam-macam, antara lain tentang pengangkatan raja baru dengan menyebutkan alasan raja baru itu diangkat. Isinya juga tentang putusan raja menghukum seorang menteri dengan menyebutkan kesalahan-kesalahan yang telah dilakukan seorang menteri. Tentang penggantian raja yang tidak menjalankan tugas dengan keterangan dan alasan yang cukup untuk menggulingkannya.
Dalam tiap maklumat raja tersebut ditambah dengan nasihat-nasihat bagi para menteri agar dapat menjalankan tugas dengan baik. Sebelum maklumat itu dituliskan, selalu ada pengantarnya yang menceritakan latar belakang sejarah terjadinya peristiwa atau perlunya maklumat itu diumumkan. Pada intinya maklumat ini adalah ajaran moral bagi para raja dan pejabat di Tiongkok waktu itu. Xun Zi menganjurkan supaya penganut Khonghucu mempelajari kitab ini. Dia bermaksud supaya kitab ini menjadi bahan referensi untuk memperluas pemikiran orang Tiongkok.
Peristiwa yang dijelaskan dalam Kitab Dokumen Sejarah ini adalah peristiwa sejarah, bukan rekaan. Orang zaman kapan saja dapat melihat zaman masa lalu dan belajar dari masa lalu. Ilmu sejarah selalu penting untuk dipelajari para negarawan di semua negara di dunia ini. Politisi yang tidak menguasai ilmu sejarah tidak dapat memimpin rakyatnya mencapai kesejahteraan hidup. Kitab Sejarah ini amat penting bagi cendekiawan Khonghucu.
3). Li Ji ( 礼 记 ) atau Kitab Kesusilaan
Kitab ini cukup tebal, isinya menyangkut berbagai masalah yang sangat luas, antara lain, tentang aturan upacara sembahyang kepada Tuhan dan arwah. Buku ini menjelaskan perlengkapan upacara, dengan pakaian upacara, jumlah peserta upacara, macam-macam sesajinya, dan cara menyajikannya. Buku ini juga berisi nasihat-nasihat yang berharga tentang makna hidup dari Nabi Kongzi. Dalam kitab ini dituliskan berbagai komentar dari Nabi Kongzi tentang masalah-masalah moral dan kesusilaan, di dalamnya juga banyak kutipan dari Kitab Sejarah dan Kitab Klasik yang lain.
Kitab Li Ji ini ditulis oleh murid-murid Nabi Kongzi, dan ada kemungkinan setelah dituliskan kembali ada bagian yang ditulis oleh pengikut Meng Zi dan pengikut Xun Zi. Kitab ini ditulis kembali pada zaman dinasti Han. Aslinya sudah terbakar pada zaman dinasti Qin. Yang menuliskan kembali adalah pengikut Meng Zi dan Xun Zi yang saat itu belum terpisah. Banyak ahli sejarah yang berprasangka bahwa yang dituliskan kembali sudah disesuaikan dengan pikiran penulis zaman dinasti Han ini.
Kitab Kesusilaan ini isinya sangat bagus karena banyak analisis yang mendalam tentang upacara kematian. Kitab ini juga menjelaskan sikap yang perlu dipatuhi oleh orang-orang yang ikut upacara penguburan itu. Di sini juga dibahas makna hidup dan makna kematian, dikaitkan dengan sabda para raja suci (nabi purba). Pembahasan masalah moral dan kesusilaan dalam kitab ini disampaikan dengan cerita dan dialog antara tokoh-tokoh ceritanya itu. Penulisan cara ini dimaksudkan tidak mendikte atau memaksa para pembacanya untuk menerima pemikiran para nabi purba itu.
Xun Zi menganjurkan penganut Khonghucu mempelajari Kitab Kesusilaan ini. Xun Zi berharap supaya pembaca terbuka pemikirannya. Orang Konfusian tidak mudah menerima atau menolak pemikiran orang lain, tetapi perlu mempertimbangkan dengan masak sebelum menolak atau menerima pemikiran orang lain. Orang Konfusian diharapkan oleh Xun Zi berpikir kritis dengan berpegang pada prinsip konstruktif positif, tidak fanatik, dan tidak menganggap pendapatnya paling benar. Orang Konfusian selalu bersedia belajar kepada orang lain, yang baik dilaksanakan, yang tidak baik disimpan untuk diperbaiki, baru kemudian dilaksanakan.
4). Kitab Shi Jing ( 诗 经 ) atau Kitab Sanjak
Kitab Sanjak ini semuanya ditulis dalam bentuk puisi. Isinya ada empat bagian yaitu:
- Guo Feng ( 国 风 ), berisi nyanyian rakyat tentang berbagai masalah kehidupan sehari-hari. Antara lain, tentang cinta antara remaja, dan hubungan orang dalam keluarga.
- Xiao Ya ( 小 雅 ), berisi kritik terhadap pejabat dan birokrasi pemerintah. Juga berisi keluhan rakyat akibat tingkah laku pejabat yang tidak adil dan tidak pandai.
- Da Ya ( 大 雅 ), berisi pujian kepada raja Wen Wang karena dia telah membebaskan rakyat dari cengkraman raja Zhou Xin yang jahat dari dinasti Shang.
- Song ( 颂 ), berisi lagu-lagu untuk mengiringi upacara-upacara suci, yaitu lagu pujian kepada Tuhan.
5). Kitab Chun Qiu ( 春 秋 经 ) atau Kitab Musim Semi dan Musim Gugur
Kitab ini menceritakan sejarah kerajaan negeri Lu, yaitu negeri kelahiran Nabi Kongzi. Menurut pendapat ahli sejarah, kitab ini ditulis sendiri oleh Nabi Kongzi. Isinya adalah analisis kata-kata dan sebutan yang pemakaiannya dikacaukan oleh para raja muda. Para raja muda itu sengaja mengacaukan penggunaan kata karena ingin merebut kekuasaan. Contohnya, seorang bangsawan yang gelarnya rendah yaitu zu ( 族 ), tetapi dia mengubah gelarnya menjadi raja atau wang ( 王 ). Perilaku raja yang mengelabui rakyat ini sangat ditentang oleh Nabi Kongzi. Apabila semua ini dibiarkan, akibatnya generasi yang akan datang menjadi bingung dan negara Tiongkok tidak dapat disatukan lagi. Kitab Sejarah yang ditulis oleh Nabi Kongzi tersebut dimulai tahun 722 SM. yaitu tahun pangeran Lu Yin Gong menjadi raja muda di negeri Lu, hingga tahun 481 SM saat Nabi Kongzi melihat hewan Kilin dibunuh oleh pangeran Lu Ai Gong ( 鲁 哀 公 ), yaitu menjelang wafat Nabi Kongzi.
6). Yue Ji ( 乐 记 ) Kitab Musik, kitab ini sudah dibakar seluruhnya oleh Qin Shi Huang Di, dan tidak ada yang dapat menuliskan kembali.
Pada zaman dinasti Song, abad XII, seorang tokoh Neo-Konfusianisme menulis buku Si Shu yang mengambil dari Kitab Li Ji dan tulisan Meng Zi. Kitab Si Shu ini menjadi tambahan dari kitab Suci agama Khonghucu. Kitab Si Shu tersebut terdiri dari:
- Da Xue ( 大 学 ), atau Ajaran Besar
- Zhong Yong ( 中 庸 ), atau Tengah Sempurna
- Lun Yu ( 论 语 ), atau Sabda Suci
- Meng Zi ( 孟 子 ), atau Kitab Bingcu.
Kitab Si Shu ini menjadi bagian dari Kitab Suci agama Khonghucu karena sumbernya adalah Kitab Wu Jing dan ditambah tulisan Meng Zi. Sumber ajaran agama Khonghucu hanya sampai pada tulisan Meng Zi. Tulisan tentang agama Khonghucu setelah tulisan Meng Zi tidak dianggap sebagai sumber resmi agama Khonghucu. Artinya, semua tulisan tentang agama Khonghucu acuannya sudah ditetapkan yaitu Wu Jing dan Si Shu sebagai Kitab Suci agama Khonghucu. Tulisan Xun Zi sudah tidak termasuk ajaran agama Khonghucu, tetapi sudah menjadi tulisan tentang Filsafat Xun Zi.
2. Inti Sari Ajaran Agama Khonghucu
- Tuhan yang Maha Esa menciptakan alam semesta dengan segala isinya. Alam semesta ini diatur oleh sistem organisme yang sempurna sehingga semua makhluk hidup dapat berkembang dan mempertahankan hidup. Sistem organisme yang mengatur alam semesta ini disebut Dao ( 道 ). Semua makhluk hidup dan benda harus mengikuti Dao ini, tidak boleh berlawanan dengan Dao.Dalam alam semesta ini ada dua unsur yang berbeda, tetapi selalu bersama dan saling melengkapi disebut Yin ( 阴 ) dan Yang ( 阳 ). Semua bendan dan perkara pasti mengandung dua unsur ini bersama-sama. Ada benda atau perkara yang mempunyai unsur Yang lebih besar atau unsur Yin nya kebih besar. Syarat bagi semua makhluk dan benda agar tidak berlawanan dengan Dao yaitu menjaga kesimbangan Yin dan Yang
- Tuhan menciptakan manusia untuk hidup di dunia ini dengan mengemban tugas. Tugas sebagai manusia yang pertama adalah hidup sebagai manusia sewajarnya, tidak serakah, tidak jahat kepada sesama manusia, dan tidak merusak lingkungan alam sebagai sumber hidup. Manusia lahir ke dunia ini untuk melaksanakan tugas dari Tuhan, yaitu membangun dunia ini lebih baik agar manusia generasi yang akan datang bisa hidup lebih nyaman dan sejahtera. Untuk itu generasi tua harus mendidik generasi muda dengan bekal keimanan, moralitas, keahlian, dan keberanian untuk menghadapi kehidupan.
- Manusia diberi hidup oleh Tuhan dan dibekali fisik yang dapat mengerjakan ketrampilan. Tuhan memberi kecerdasan pikir, memberi berbagai macam perasaan, memberi berbagai nafsu, memberi hati nurani, dan memberi watak sejati atau Xing ( 性 ) sehingga manusia berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Bekal yang yang dimiliki manusia ini sebagai sarana menjalankan tugas dari Tuhan.Manusia wajib membina diri agar semua potensi yang telah diberikan oleh Tuhan kepada masing-masing orang dapat dikembangkan dan diwujudkan menjadi keahlian yang berguna bagi masyarakat dan negara. Setiap umat Khonghucu wajib memberikan karyanya yang terbaik kepada bangsa dan negara di mana dia dilahirkan dan dibesarkan.Wujud nyata dari keimanan manusia kepada Tuhan adalah bakti kepada orang tua. Diingatkan oleh Nabi Kongzi, ajaran bakti yang utama yaitu seorang anak harus mempunyai masa depan. Seorang anak selayaknya mempunyai masa depan yang cerah agar orang tuanya bahagia. Keluarga adalah tempat dimulainya perjalanan hidup manusia. Oleh karena itu setiap manusia perlu menyiapkan diri untuk memiliki keluarga yang sejahtera dan bahagia.
- Hidup mengikuti watak sejati itu dinamai hidup dalam Jalan Suci atau Xiu Dao ( 修 道 ). Tuntunan untuk hidup dalam Jalan Suci itu dinamai agama. Agama Khonghucu adalah tuntunan bagi umat manusia untuk menempuh hidup dalam Jalan Suci, yaitu jalan hidup manusia yang dikehendaki Tuhan.
- Manusia perlu mendapat pendidikan agama agar dapat mengerti Jalan Suci atau Dao ( 道 ). Pendidikan agama dilakukan oleh guru agama yang sudah terdidik supaya tidak terjadi kesalahan mengartikan isi kitab Suci. Kekacauan dan perpecahan timbul di masyarakat karena banyak orang menafsirkan isi Kitab Suci sesukanya sendiri. Agama Khonghucu sampai hari ini tidak terjadi perpecahan dalam sekte-sekte karena Kitab Sucinya jelas tertulis dalam bahasa klasik. Orang yang akan membacanya perlu bantuan guru yang sudah mempelajarinya dan sudah dikenal oleh masyarakat sebagai ahli kitab Klasik. Banyak buku yang menafsirkan Kitab Klasik, tetapi dalam buku itu tetap dituliskan huruf aslinya, dan disertakan taksiran penulis lain yang sudah ternama.
- Orang yang beragama wajib melaksanakan ibadah sesuai ketentuan yang sudah diajarkan Nabi Kongzi. Pelaksanaan ibadah ini sebagai wujud dari kepercayaan manusia kepada Tuhan YME. Raja dan rakyat wajib menjalankan upacara agama dan menjunjung tinggi moralitas seperti yang diajarkan oleh para raja suci purba. Manusia wajib menghormati Tuhan dan patuh kepada perintahnya.
- Pokok keimanan agama Khonghucu.Firman Tuhan atau Tian Ming (天 命 ) itu dinamai watak Sejati atau Xing ( 性 ). Hidup mengikuti Watak Sejati dinamai Menempuh Jalan Suci atau Xiu Dao ( 修 道 ). Bimbingan untuk menempuh Jalan Suci dinamai agama atau Jiao ( 教 ).
- Sebagai umat agama Khonghucu mempunyai kewajiban:
- Umat agama Khonghucu wajib percaya, satya, bertaqwa, hormat, dan sujud kepada Tuhan YME atau Huang Tian (皇 天 ).
- Umat agama Khonghucu wajib menjunjung tinggi kebajikan atau De ( 德 ).
- Umat agama Khonghucu wajib menegakkan Firman Gemilang atau Ming Ming ( 明 命 ).
- Umat agama Khonghucu wajib mempercayai adanya roh dan nyawa atau Gui Shen ( 鬼 神 ).
- Umat agama Khonghucu wajib berbakti kepada orang Tua atau Xiao Shi ( 孝 思 ).
- Umat Khonghucu wajib mengakui dan mengikuti Nabi Kongzi sebagai Genta Rohani atau Mu Duo ( 木 铎 ).
- Umat agama Khonghucu wajib mempercayai kebenaran Kitab Suci Wu Jing ( 五 经 ) dan Si Shu ( 四 书 ).
- Umat agama Khonghucu wajib hidup menempuh Jalan Suci yang agung atau Da Dao ( 大 道 ).
Kewajiban di atas wajib dilakukan oleh umat agama Khonghucu sebagai bukti bahwa ia telah mengimani agama Khonghucu. Dengan melaksanakan kewajiban tersebut mereka mendapat bimbingan rohani dalam menjalankan kehidupan ini. Sebagai umat beragama mereka juga berkumpul dalam suatu rumah ibadah, di Kongzi Miao, di Lithang, atau di kelenteng pada hari yang sudah ditentukan secara rutin. Biasanya mereka berkumpul pada tanggal 1 dan 15 tiap bulan menurut kalender Khonghucu, atau pada setiap hari minggu atau hari lain yang disepakati bersama. Mereka berkumpul untuk melakukan ibadah sujud kepada Tuhan, dan mempelajari ajaran agama Khonghucu di bawah bimbingan rohaniwan yang ditunjuk.
Kehidupan beragama umat Khonghucu sudah berjalan selama ribuan tahun, tetapi tidak banyak diketahui orang luar. Tiap rumah ibadah mempunyai jadwal yang berbeda dalam pembinaan umatnya. Lebih banyak umat yang tidak pergi ke rumah ibadah karena kesibukan pekerjaan mereka. Agama Khonghucu memang menganjurkan umatnya berkumpul di rumah ibadah untuk belajar bersama, tetapi tidak ada sanksi bagi yang tidak mengikutinya karena mereka sudah mendapat pendidikan agama Khonghucu dari sekolah dan orang tuanya. Sedangkan, umat Khonghucu boleh melakukan ibadah di rumah sendiri. Agama Khonghucu juga menganggap rumah tangga yang baik sebagai rumah ibadah, di rumah pendidikan beragama juga dapat dilaksanakan dengan intensif.
Ajaran agama Khonghucu yang diutamakan adalah pembinaan diri secara konkret, yaitu ada peningkatan kualitas hidup yang nyata. Perbaikan ekonomi rumah tangga sangat penting bagi pendidikan anak-anak. Rumah tangga yang mempunyai problem ekonomi pasti banyak menghadapi kesulitan, dan mengancam anak-anaknya putus sekolah di tengah jalan. Nabi Kongzi pada masa hidupnya membuat sekolah untuk umum dan gratis, tetapi pada zaman sekarang masih banyak negara yang belum dapat membuka sekolah gratis untuk rakyatnya.
Tempat mengajarkan agama yang paling ideal adalah sekolah dengan muridnya tinggal dalam asrama. Pendidikan seperti ini hanya tepat untuk anak remaja, tidak tepat untuk anak dibawah umur 15 tahun. Masa kanak-kanak perlu dekat dengan orang tuanya sendiri sebab seorang anak perlu mengetahui figur orang tuanya. Setelah dewasa setiap orang dapat berbakti kepada orang tuanya apabila dia sudah menangkap makna sebuah keluarga.
Dalam ajaran agama Khonghucu setiap orang dianjurkan membentuk keluarga dan membinanya dengan baik. Keluarga adalah inti dari masyarakat dan negara. Apabila semua keluarga dalam negara sudah beres mengaturnya, tidak akan ada persoalan serius terjadi dalam negara. Para rohaniwan agama Khonghucu juga hidup berkeluarga seperti orang kebanyakan. Tidak ada tanda khusus dalam wujud pakaian atau atribut lain yang membedakan rohaniwan agama Khonghucu dengan orang biasa. Rohaniwan agama Khonghucu hanya tampak berbeda dengan umat biasa pada saat melaksanakan upacara sembahyang besar karena memakai jubah khusus.
Penjelasan ini untuk menunjukkan bahwa ada perbedaan yang jelas antara umat beragama Khonghucu dengan mereka yang mempelajari filsafat Konfusianisme pada umumnya. Orang belajar filsafat tidak perlu beribadah karena memang filsafat tidak mengajarkan orang beribadah. Namun, berbeda dengan ajaran Xun Zi yang tetap menganjurkan orang beribadah sesuai ajaran agama Khonghucu. Menurut Xun Zi menjalankan upacara agama Khonghucu itu syarat yang harus dipenuhi seluruh rakyat kalau menghendaki negara menjadi kuat dan kaya. Melaksanakan ajaran agama Khonghucu membuat orang berdisiplin tinggi, tetapi mempunyai toleransi kepada orang lain. Agama Khonghucu mengajarkan orang untuk serius dalam mencapai cita-cita mulia untuk kepentingan orang banyak, tetapi tidak dibenarkan memaksakan kehendak kepada orang lain.
Ajaran filsafat Xun Zi tidak lepas dari agama Khonghucu. Agama Khonghucu sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk melaksanakan ajaran Filsafat Xn Zi. Oleh karena itu Xun Zi menyebut ajaran agama Khonghucu dengan Xiao Ru ( 小 儒 ) atau ajaran yang wajib dipelajari orang muda untuk membentuk karakter. Fiksafat Xun Zi disebut Da Ru ( 大 儒) atau ajaran yang berkaitan dengan pembangunan negara. Menurut Xun Zi, membangun negara besar agar kuat dan kaya diperlukan rakyat yang mempunyai karakter yang kuat dan sudah dipersiapkan dengan baik. Banyak negara yang baru merdeka menggunakan konsep pembangunan yang kehebatannya sudah terbukti di negara asalnya, tetapi tidak berhasil. Konsep pembangunan yang baik memerlukan sumber daya manusia yang tepat kemampuannya untuk pelaksanaannya, demikian pendapat Xun Zi.
3. Kebajikan Tuhan Yang Tersembunyi
Kehidupan di dunia ini ada karena kebajikan Tuhan, disebutkan dalam Keimanan kedua. Nabi Kongzi secara tersurat menyebutkan dua macam kebajikan Tuhan, yaitu kebajikan yang tampak, atau Kebajikan Bercahaya atau Ming De ( 明 德 ), yang tertulis dalam kitab Da Xue ( 大 学 ), dan kebajikan yang tersembunyi atau Xuan De ( 玄 德 ) yang tertulis dalam Kitab Zhong Yong ( 中 庸 ) dengan penggalan kalimat ” tiada yang lebih tampak daripada yang tersembunyi itu, maka berhati-hatilah bila seorang diri”.
Ming De adalah Sisi Terang dari kehidupan yang dapat dipahami dengan pikiran dan ditangkap dengan panca indera. Misalnya, masalah kemiskinan, kesehatan, pelanggaran hukum, keamanan itu termasuk dalam Sisi Terang dari kehidupan ini. Masalah yang muncul dalam Sisi Terang itu dapat diatasi dengan adanya agama, filsafat, kesenian, dan ilmu pengetahuan.
Xuan De adalah Sisi Rahasia yang tidak diketahui manusia. Misalnya, kehidupan setelah manusia meninggalkan dunia itu bagaimana? Manusia tidak dapat melihat roh dan tidak dapat mati dan kembali hidup lagi. Manusia juga tidak mengetahui keadaannya sebelum dilahirkan ke dunia. Tuhan menyembunyikan banyak rahasia yang tidak diketahui manusia. Nabi Kongzi tidak ingin mengajarkan Sisi Rahasia itu kepada muridnya dengan cara yang akan menimbulkan permasalahan lain. Pada saat muridnya bertanya keadaan orang setelah meninggal dunia, Nabi Kongzi menjawab: ”Mengapa bertanya tentang keadaan orang sudah mati, lebih baik bertanya tentang kehidupan. Belum mengerti kehidupan mengapa sudah tanya tentang kematian”.
Masalah Sisi Rahasia atau Xuan De itu diberikan penjelasan oleh Nabi Kongzi melalui buku Yi Jing. Rahasia kehidupan ini dapat dipahami apabila orang memahami prinsip Yin Yang dan Wu Xing atau Lima Unsur. Isi Kitab Yi Jing itu tidak mudah dipahami karena banyak perubahan yang harus diikuti. Singkatnya, kehidupan di alam ini dan alam itu sendiri terus-menerus mengalami perubahan. Manusia mati karena akibat dari perubahan itu, manusia lahir juga karena ada perubahan itu. Nasib manusia juga berubah terus, tetapi arah perubahan itu berbeda-beda. Ada perubahan yang ke arah yang lebih baik karena didukung oleh faktor-faktor baik. Sebaliknya, perubahan menuju ke arah yang buruk karena didukung oleh faktor-faktor yang buruk.
Faktor-faktor yang baik misalnya orang mengembangkan cinta kasih, kejujuran, keadilan, kebijaksanaan, dan kesusilaan dalam hatinya. Orang selalu menjaga kata-katanya dan perbuatannya agar tidak menyakiti orang lain. Orang yang rajin dan berani bekerja keras sesuai bidangnya. Faktor yang selalu diingatkan oleh Nabi Kongzi adalah belajar tidak mengenal lelah dan mengajar tidak menganal jemu. Proses belajar mengajar adalah faktor yang mengarahkan agar perubahan menuju kearah yang lebih baik.
Tuhan menciptakan langit dan bumi untuk memperlihatkan kuasaannya. Langit menentukan waktu, bumi menentukan ruang. Segala benda dan peristiwa selalu berada dalam ruang dan waktu. Manusia hidup dalam ruang dan waktu, setelah meninggal dia kehilangan ruangnya dan kembali ke langit dari mana dia berasal.
Langit sebagai pengendali waktu mempunyai sepuluh batang langit atau Tian Gan ( 天 干 ). Dan bumi sebagai ruang mempunyai dua belas cabang bumi atau Di Zhi ( 地 支 ). Batang langit dan cabang bumi itu membawa lima unsur yang berbeda-beda. Yang dimkasid lima unsur yaitu: logam, kayu, api, air, dan tanah. Orang yang lahir pada tanggal dan jam tertentu membawa unsur dari batang langit dan cabang bumi. Unsur-unsur itu bisa berlawanan atau saling menghidupi. Apabila unsur-unsur itu saling berlawanan berarti orang itu nasibnya kurang beruntung. Sebaliknya, apabila unsur-unsur itu saling menghidupi nasib orang itu baik. Namun, orang tersebut dalam perjalanan hidupnya mendapat unsur sendiri dari hasil pembinaan dirinya. Orang yang banyak belajar mempunyai pengetahuan luas dan mengamalkan ilmunya memperbesar unsur kayunya. Orang yang kuat kemauannya, teguh pendiriannya memperbesar unsur logamnya. Orang yang tekun, sabar, dapat mengendalikan emosinya, tidak egois, dan bersikap netral memperbesar unsur tanahnya. Orang yang ramah tamah, penuh toleransi memperbesar unsur airnya. Orang yang memelihara semangatnya memperbesar unsur apinya.
Unsur-unsur yang berada dalam diri manusia wajib dijaga sendiri agar selalu dalam posisi seimbang. Api yang terlalu besar, artinya orang yang bersemangat dan ambisinya terlalu besar akan membakar unsur lain dan akibatnya usahanya gagal. Lima unsur itu perlu dijaga keseimbangannya dan dapat menetralkan unsur yang buruk dari batang langit atau cabang bumi yang mempengaruhi waktu kelahirannya. Unsur kelahiran itu salah satu faktor untuk memprediksi keberuntungan manusia, tetapi masih banyak faktor yang lain yang menentukan nasib manusia. Nabi Kongzi menasihati agar orang mencari pergaulan yang baik agar dapat membantu memperbaiki nasibnya. Lingkungan yang baik yang memiliki Qi ( 气 ) atau energi semesta yang bersih dapat memperbaiki nasib manusia. Ilmu Feng Shui ( 风 水 ) dalam agama Khonghucu adalah sarana yang diperlukan dalam pembinaan diri. Membina diri tidak hanya membina diri sendiri, tetapi juga perlu membina lingkungan alam dan lingkungan sosial untuk memperoleh Qi atau energi semesta yang bersih.
Dalam agama Khonghucu dikatakan bahwa Roh manusia itu abadi dan kembali ke langit. Roh setelah meninggalkan tubuh manusia mempunyai sifat seperti Qi, atau energi semesta. Roh itu sebagai satuan energi semesta membawa serta semua unsur yang telah diperolehnya selama menjadi manusia. Roh tidak memiliki dimensi ruang dan waktu lagi lagi. Roh sudah masuk dalam dimensi lain yang belum dapat dimasuki manusia hidup.
Dalam Kitab Yi Jing digambarkan peristiwa kelahiran atau kehidupan dan kematian sebagai proses yang tidak pernah selesai. Dikatakan bawa kelahiran adalah awal dari proses menuju kematian, dan kematian sebagai awal dari proses menuju kelahiran. Teori ini dapat dibandingkan dengan logika tentang yang ada dan yang tidak ada. Pernyataan: Yang ada itu ada dapat dituliskan ada = ada.
Pernyataan: Yang tidak ada itu ada-------- tidak ada = ada
Jadi:------------ yang tidak ada = tidak ada
Artinya: kehidupan itu ada dan tidak pernah tidak ada.
Kitab Yi Jing mengatakan: kehidupan itu abadi, yang hidup itu selalu hidup. Kematian hanya bagian dari proses.
Sumber dari Disertasi Xs. Dr. Oesman Arif M.Pd yang berjudul : Penyelenggaraan Negara menurut Filsafat Xun Zi